Bacaan Talbiyah, Shalawat Doa Setelahnya

Kalimat talbiyah dilafalkan oleh jamaah haji dan umroh sejak pasang niat ihram atau haji di tanah halal hingga memasuki Masjidil Haram.

Bagi jamaah haji, kalimat talbiyah dibaca lantang dan terus menerus hingga melontar Jumrah Aqabah pada 10 Dzulhijjah.

Berikut bacaan talbiyah:

لَبَيْكَ اللَّهُمَّ لَبَيْكَ. لَبَيْكَ لَا شَرِيْكَ لَكَ لَبَيْكَ. إِنَّ الْحَمْدَ وَالنِّعْمَةَ لَكَ وَالْمُلْكَ لَا شَرِيْكَ لَكَ

"Labbaik Allahumma labbaik. Labbaik laa syarika laka labbaik. Innal hamda wan ni’mata laka wal mulk laa syarika lak."

Artinya:

Aku datang memenuhi panggilanMu, ya Allah. Aku datang memenuhi panggilanMu. Aku datang memenuhi panggilanMu. Tidak ada sekutu bagi-Mu, aku datang memenuhi panggilanMu. Sesungguhnya segala puji nikmat dan segenap kekuasaan adalah milik-Mu, tidak ada sekutu bagi-Mu.


Adapun berikut ini adalah lafal shalawat yang dibaca jamaah haji setelah melafalkan kalimat talbiyah:

اللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّد

"Allahumma shalli wa sallim ‘ala sayyidina Muhammadin wa ‘ala ali sayyidina Muhammadin."

Artinya:

Ya Allah berilah kesejahteraan dan keselamatan atas Junjungan kami Nabi Muhammad dan keluarganya.


Kemudian bisa dilanjutkan dengan membaca doa-doa, misalnya doa sebagai berikut:

اللّٰهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ رِضَاكَ وَالْجَنَّةَ وَ نَعُوْذُبِكَ مِنْ سَخَطِكَ وَالنَّارِ. رَبَّنَا اٰتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلٰاخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

"Allahumma inna nas’aluka ridhaka wal Jannah, wa na‘udzu bika min sakhatika wan nar.

Rabbana atina fid duniya hasanah wa fil akhirati hasanah wa qina ‘adzaban nar."

Artinya:

Ya Allah sungguh kami memohon ridha dan surga-Mu. Kami berlindung kepada-Mu dari murka dan neraka-Mu. Wahai Tuhan kami, anugerahkanlah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat. Lindungilah kami dari siksa neraka.


Pengulangan bacaan talbiyah, sholawat dan do'a tersebut disunahkan untuk terus dilakukan, baik secara lirih, keras atau dalam hati selama pelaksanaan ibadah haji dan umroh.

Niat Ihram

Berikut ini adalah lafal niat ihram 


لَبَّيْكَ اللهم عُمْرَ

"Labbaikalloohumma 'umrotan"


Artinya:

Aku penuhi panggilan-Mu ya Allah untuk berumrah.


Bisa juga dengan bacaan berikut.


نَوَيْتُ الْعُمْرَةَ وَاَحْرَمْتُ بِهَا ِللهِ تَعَالَى

"Nawaitul 'umrota wa ahromtu bihaa lillaahi ta'aalaa"


Artinya:

Aku niat umrah dengan berihram karena Allah Ta'ala.


Atau bisa juga dengan bacaan berikut.


لَبَّيْكَ اللهم عُمْرَةً وَاَحْرَمْتُ بِهَا ِللهِ تَعَالَى

"Labbaikalloohumma 'umrotan wa ahromtu bihaa lillaahi ta'aalaa"


Artinya:

Aku penuhi panggilan-Mu ya Allah untuk berumrah karena Allah Ta'ala.


Khusus jamaah haji lansia, lemah, atau sakit, dianjurkan untuk melakukan niat ihram umrah disertai isytirat (ihram bersyarat) untuk mengantisipasi kemungkinan terjadi halangan yang menyulitkan terlaksananya ibadah umrah. Ketika berniat ihram umrah dengan isytirat, jamaah mengucapkan:


لَبَيْكَ اللَّهُمَّ عُمْرَةً فَإِنْ حَبَسَنِيْ حَابِسٌ لَبَيْكَ اللَّهُمَّ فَمَحِلِّيْ حَيْثُ حَبَسَنِيْ

"Labbaikalloohumma 'umrotan fain habasani habisun labbaikallahumma famahilli haitsu habasani"


Artinya:

Aku sambut panggilan-Mu ya Allah untuk berumrah. Tetapi jika aku terhalang oleh sesuatu, ya Allah, maka aku akan ber-tahallul di tempat aku terhalang itu.


Niat ihram isytirat berdasarkan perintah Rasulullah SAW kepad Dluba'ah binti Zubair dalam hadits berikut:

Dari Aisyah RA, ia berkata Nabi SAW datang ke rumah Dluba'ah binti Zubair bin Abdul Muthalib. Lalu Dluba'ah pun berkata, "Ya Rasulullah, aku bermaksud hendak menunaikan ibadah haji, tetapi aku sakit, bagaimana itu?" Maka Nabi SAW pun bersabda: "Berhajilah dan syaratkan dalam niatmu akan tahallul (berhenti) jika tak sanggup meneruskannya karena sakit." (HR Bukhari Muslim).

Istighfar Kabir

 أَسْتَغْفِرُ الله العَظِيْم

Astaghfirulloohal ‘azhiim


 الّذِي لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الحَيُّ القَيُّوْمُ

Alladzii laa ilaaha illaa huwal hayyul qayyuum


 غَفَّارُ الذُّنُوبِ ذُو الْجَــلاَلِ وَ الإِكْرَامِ

ghaffarudz-dzunuub, dzul jalaali wal ikraam


 وَ أَتُوْبُ إِلَيْهِ مِنْ جَمِيْعِ المَعَاصِى كُلِّهَا وَ الذُّنُوبِ وَ الآثاَمِ

wa atuubu ilaihi min jamii’il ma’aashii kullihaa wadz-dzunuubi wal aatsaam


وَمِنْ كُلِّ ذَنْبٍ أَذْنَبْتُهُ عَمْدًا وَخَطَأً ظاهرا وباطنا

wa min kulli dzanbin adznabtuhuu ‘amdan wa khatha-an zhaahiran wa baathinan


 قَوْلاً وَفِعْلاً فِى جَمِيْعِ حَرَكاَتِى وَسَكَنَاتِى وَخَطَرَاتِى وَأَنْفَاسِيى كُلِّهَا دَاِئمًا أَبَدًا سَرْمَدًا


qaulan wa fi’lan fii jamii’i harakaatii wa sakanaatii wa khatharaatii wa anfaasii kullihaa daa-iman abadan sarmadan


مِنَ الذَّنْبِ الَّذِى أَعْلَمُ

minadz-dzanbilladzii a’lamu


 مِنَ الذَّنْبِ الَّذِى لاَ أَعْلَم

wa minadz-dzanbilladzii laa a’lamu


 عَدَدَ مَا أَحَاطَ بِهِ الْعِلْمُ

adada maa ahaatha bihil-’ilmu


 وَأَحْصَاهُ الكِتَابُ

wa ahshaahul kitaabu


 وَخَطَّهُ الْقَلَمُ وَعَدَدَ مَا أَوْجَدَتْهُ الُقْدرًةُ

wa khath-thahul qalamu wa ‘adada maa aujadat-hul qudratu


وَخَصَّصَتْهُ الإرَادَةُ وَمِدَادَ كَلِمَاتِ اللهِ

wa khash-shashat-hul iraadatu, wa midaada kalimaatillaahi


 كَمَا يَنْبَغِى لِجَلاَلِ وَجْهِ رَبِّنَا وَجَمَالِهِ وَكَمَالِهِ

kamaa yanbaghii lijalaali waj-hi rabbinaa wa jamaalihii wa kamaalihii


 وَ كَمَا يُحِبُّ رَبّـُنَا وَيَرْضَى

wa kamaa yuhibbu rabbunaa wa yardhaa



Terjemahan


Aku memohon ampun kepada Allah yang Maha Agung, yang tiada tuhan selain Dia Yang Maha Hidup abadi lagi Terus menerus mengurusi makhluk-Nya, Yang Mengampuni segala dosa, Yang Memiliki Keagungan dan Kemuliaan.

Aku bertaubat kepada-Nya dari semua kemaksiatan seluruhnya, dosa-dosa dan kesalahan; dari semua dosa yang aku kerjakan baik secara sengaja maupun salah, baik zhahir maupun bathin, baik berupa ucapan maupun perbuatan, dalam semua gerak-gerikku, diamku, bisikan hatiku, dan tarikan nafasku seluruhnya, selama-lamanya; dari dosa-dosa yang aku ketahui maupun yang tidak aku ketahui, sejumlah bilangan apa yang diliputi/dijangkau Ilmu (pengetahuan) Allah dan tercatat oleh qalam (pena)-Nya; sejumlah bilangan apa yang diwujudkan/diadakan oleh Qudrat-Nya dan ditentukan oleh Iradat-Nya, serta sejumlah minyak (yang dipakai menulis) kalimat-kalimat-Nya.

Sepatutnya-lah (kesemuanya itu) bagi keagungan, keelokan dan kesempurnaan Dzat Tuhan kami, dan sebagaimana yang dicintai dan disukai Tuhan kami.***